Sabtu, 18 September 2010

Indonesia (mungkin) bisa diganyang 5 negara sekaligus

JAKARTA - Ada analisis menarik dari pengamat militer Universitas Indonesia,
Andy Wijayanto, mengenai kemungkinan terjadinya perang terbuka antara Indonesia
dan Malaysia di daerah konflik perairan Blok Ambalat. Bila Jakarta mengumumkan
perang terbuka dengan negara tetangga kita itu, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono harus memperhitungkan aliansi negara yang akan mendukung negeri jiran
tersebut dalam konfrontasi.

Andy mengungkapkan, Malaysia memiliki sistem aliansi pertahanan dengan Inggris,
Australia, Singapura, serta Selandia Baru. Aliansi itu disebut sebagai Five
Power Defense Agreement (FPDA). Salah satu kesepakatan negara-negara FPDA
adalah klausul bahwa serangan terhadap salah satu negara anggota merupakan
serangan pula terhadap negara anggota lainnya.

"Malaysia tinggal meminta klausul itu diaktifkan. Bila disepakati, berarti
negara kita harus siap berperang juga dengan Inggris, Australia, Singapura,
serta Selandia Baru yang mempunyai kekuatan tempur jauh lebih kuat dan
canggih," jelasnya setelah diskusi tentang RUU Pertahanan dan Keamanan di Hotel
Sahid, Jakarta, kemarin.

Dari situs resmi British High Commission, Kuala Lumpur, diketahui bahwa FPDA
berdiri pada 1971 sebagai lembaga konsultasi dan antisipasi serangan terhadap
Singapura serta Malaysia. Saat peringatan 30 tahun FPDA pada November 2001,
kelima negara anggotanya sepakat membentuk suatu kerja sama jangka panjang.
Salah satunya, perjanjian saling dukung bila ada negara anggotanya yang
diserang negara lain. Tahun ini, FPDA memfokuskan tinjauannya pada maritime
security. Dengan fokus tersebut, kemungkinan empat negara lainnya untuk
mendukung Malaysia dalam konfrontasi dengan Indonesia menjadi lebih besar.

Tidak itu saja. Bila dalam konfrontasi nanti negara kita berhadapan dengan
Inggris, negara tersebut sangat mungkin meminta artikel
lima NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) diaktifkan. Artikel lima NATO
serupa dengan klausul perjanjian FPDA yang intinya menyatakan, serangan yang
dialami salah satu negara anggota dianggap sebagai serangan terhadap
negara-negara anggota lainnya dan harus dihadapi bersama. Sehingga, konfrontasi
dengan Malaysia bisa melebar serta membuat Indonesia harus berhadapan dengan
negara-negara anggota NATO.

"Jadi, efeknya akan beruntun. Itulah yang harus diperhitungkan masak-masak oleh
Presiden SBY sebelum mendeklarasikan konfrontasi dengan Malaysia. Rakyat pun
harus memahami hal ini supaya tidak gelap mata mendesak perang dengan
Malaysia," tegas Andy.